Jumat, November 30, 2007

Atasi Kemelaratan dengan berpikir positif

Indonesia.... betapa ironisnya, dengan memiliki kekayaan alam yang banyak ini rakyatnya tetap miskin. Padahal tidak ada orang yang hidup dalam kemiskinan gara-gara kurangnya pasokan kekayaan. Alam adalah gudang kekayaan yang tak ada habis-habisnya. Pasokan tidak pernah kurang.
Ketika tanah lelah sehingga tidak ada lagi bahan makanan dan pakaian yang bisa tumbuh di atasnya, tanah akan diperbarui atau akan dibuat lebih banyak tanah.
Ia tidak akan membiarkan manusia tidak memiliki hal-hal yang baik. Sebagai keseluruhan, ras manusia selalu kaya raya. Jika ada perorangan yang miskin, itu karena mereka tidak mengikuti cara-cara tertentu dalam melakukan hal-hal, cara yang membuat orang menjadi kaya.
Entrepreneur atau wirausaha baru adalah salah satu cara untuk mengatasinya, yang sangat penting untuk masa depan Indonesia, bahkan akan dapat mengubah dunia yang penuh kemelaratan.
Salah satu pengusaha yang selalu mendorong untuk menciptakan jiwa entrepreneur adalah Ciputra, yang pada hari Rabu (28/11/07) malam yang lalu terpilih sebagai peraih penghargaan Ernst and Young Entrepreneur of the Year 2007.
"Penganugerahan ini adalah berkat Tuhan, Setiap tahun kita melahirkan 750 ribu lebih sarjana menganggur, setiap tahun sekolah hanya menciptakan pengangguran intelektual, sementara jmlah wirausahanya hanya ada 0,08 persen dari penduduk Indonesia. Tantangan ke depan kita harus bisa melahirkan wirausaha muda,: kata Ciputra.
Ciputra berhak mewakili Indonesia dalam ajang pemilihan World Entrepreneur of the Year di Monte Carlo tahun 2008 bersama 49 wirausaha lain di seluruh penjuru dunia.
Selamat pak Ciputra dan semoga dengan didengungkan semangat entrepreneur (wirausaha) semakin banyak rakyat Indonesia yang terbebas dari belenggu kemelaratan.
Sekali lagi, tidak ada orang yang miskin gara-gara alam itu miskin atau karena tidak cukup bahan mentah yang tersedia.
Alam dibentuk untuk kemajuan kehidupan, motifnya adalah meningkatkan kehidupan. Untuk alasan inilah segala sesuatu yang bisa melayani kehidupan disediakan secara berlimpah.
Kita miskin bukan karena kurangnya pasokan kekayaan, tapi bagaimana dari cara berpikir kita untuk berpikir lebih kreatif dan bukan dengan berpikir dengan metode persaingan.

Tidak ada komentar: