Jumat, Oktober 31, 2008

Bagaimana Memilih OLI terbaik bagi kendaraan kita

PAHAMI DULU CARA MEMILIH OLI SEBELUM ANDA MEMBELI OLI

PERFORMANCE - ENDURANCE - PROTECTION

Written by : theGOALteam

Tentunya setiap kendaraan memerlukan oli, dan kami yakin, saudarapun memerlukannya. Namun demikian apakah ada diantara saudara yang mengerti bagaimana memilih oli? Lalu apakah yang menjadi pertimbangan sehingga saudara memilih oli yang sekarang ini saudara pergunakan?

Pada umumnya saat memutuskan untuk menggunakan merk oli tertentu, kita sangat terpengaruh dengan iklan yang menarik atau saran dari bengkel dimana kita sering men service kendaraan kita, namun apakah saudara yakin bahwa saudara mendapat informasi yang akurat dan terpercaya dari iklan maupun bengkel tersebut?

Atau mungkin pertimbangan utama saudara adalah harga termurah? Apabila demikian halnya, maka bisa kami simpulkan bahwa menurut saudara semua oli itu sama saja kualitas dan fungsinya, yang penting oli tersebut bisa melumasi mesin kendaraan saudara sehingga bisa dipergunakan. Namun apakah pendapat saudara tadi benar?

Sebenarnya kami sangat prihatin dengan kondisi masyarakat pengguna oli saat ini, disatu sisi oli merupakan komoditi yang sangat dibutuhkan masyarakat, namun disisi yang lain, sangat jarang atau bahkan sulit sekali dijumpai masyarakat pengguna oli yang memahami bagaimana memilih oli, apalagi memahami dunia per-oli-an. Oleh sebab itulah kami bertekat untuk mempersatukan pengguna oli didalam theGOALteam, suatu komunitas peduli bangsa yang akan memberikan suatu wawasan, pengetahuan, bahkan teori tentang dunia per-oli-an. Melalui team ini, kami mengundang saudara untuk bergabung bersama kami. Lalu bagaimana cara dan syarat untuk menjadi bagian dari komunitas kami? Ikuti terus penjelasan kami.

Oli merupakan bagian terpenting dari kendaraan, bagaikan darah bagi manusia. Untuk itulah kita perlu ber-hati2 agar tidak salah pilih oli, karena ternyata sebagian besar oli yang beredar di pasaran adalah oli konvensional yang bermutu sangat rendah sehingga para ahli oli menyebutnya sebagai oli yang tak layak pakai. Mengapa dikatakan demikian? Karena ternyata kualitas oli tersebut sangat rendah sehingga dalam waktu relatif singkat oli tersebut sudah tidak lagi mampu berfungsi sebagaimana seharusnya, bahkan oli tersebut meninggalkan endapan dan kerak di dalam ruang mesin. Pada umumnya drain interval atau masa ganti oli yang direkomendasikan dari oli konvensional ini berkisar antara 2000 Km hingga 5000 Km. Namun pada kenyataannya oli tersebut sudah abnormal atau sudah tidak layak pakai jauh sebelum masa ganti oli tiba. Hal ini bisa saudara buktikan saat saudara mengganti oli, oli yang saudara ganti tersebut kondisinya sudah sangat memprihatinkan. Apabila saudara menggunakan oli konvensional ini secara rutin dan terus-menerus, maka mesin kendaraan saudara akan sering bermasalah hingga pada akhirnya harus turun mesin saat jarak tempuh kendaraan tersebut masih berkisar antara 100.000 Km hingga 200.000 Km. Mengapa hal ini bisa terjadi? Karena tingkat kemurnian Base Oil dari oli konvensional ini hanya 70% - 85% saja. Sisanya yang 15% - 30% adalah kontaminan, diantaranya berupa bahan bakar berkadar Sulfur, Nitrogen dan Oksigen tinggi yang menjadi penyebab terjadinya Oksidasi sehingga menimbulkan endapan dan kerak. Kandungan bahan bakar di dalam oli konvensional ini juga menjadi penyebab utama tingginya temperatur mesin. Temperatur mesin yang tinggi mengakibatkan viskositas oli menurun drastis dan terjadilah gesekan logam di beberapa bagian komponen mesin sehingga dalam jangka waktu relatif singkat terjadi keausan komponen mesin. Keausan pada beberapa komponen mesin menyebabkan performa mesin kendaraan menurun. Lambat ataupun cepat, endapan dan kerak serta banyaknya partikel logam ini akan mengganggu kinerja mesin sehingga menimbulkan masalah yang silih berganti. Pada akhirnya kondisi mesin kendaraan yang semakin parah memaksa saudara untuk mengeluarkan sejumlah uang untuk biaya turun mesin. Atau saudara terpaksa menjual kendaraan saudara dan menggantinya dengan yang baru..

Perlu saudara ketahui bahwa ternyata hampir semua oli yang beredar di pasaran adalah oli konvensional. Mengapa? Karena masyarakat pengguna oli pada umumnya meyakini bahwa efek yang ditimbulkan dari oli apapun terhadap mesin kendaraan adalah sama. Perbedaan harga yang terjadi hanya berkaitan dengan Drain Interval atau masa ganti dari oli tersebut. Oleh sebab itu sebagian besar masyarakat pengguna oli lebih memilih oli berharga "murah". Mereka tidak menyadari bahwa yang mereka beli selama ini bukannya "murah", tetapi justru sangat mahal karena hanya dalam jangka waktu relatif singkat oli ini sudah tidak mampu lagi berfungsi sebagaimana seharusnya yang dalam istilah per-oli-an disebut abnormal. Terlebih parah lagi, mereka tetap belum menggantinya karena mereka baru mengganti oli tersebut sesuai dengan rekomendasi toko oli atau bengkel.

Dampak yang ditimbulkanpun tanpa terasa sangat merugikan pengguna, karena oli yang sudah tidak layak pakai ini tidak mampu melindungi mesin, melainkan justru menimbulkan endapan dan kerak serta tidak mampu mencegah terjadinya keausan. Akibatnya pengguna oli harus mengeluarkan biaya ekstra untuk service kendaraan dan memperbaiki kerusakan mesin kendaraan. Oleh karena oli yang berkualitas tinggi tidak diminati oleh pengguna oli, maka pengusaha oli tidak mau mengambil resiko rugi dengan memasarkan oli berkualitas tinggi. Para pengusaha oli lebih memilih memasarkan oli yang laku dipasaran. Memang memasarkan oli konvensional dengan Drain Interval atau masa ganti paling lama 5000 Km jauh lebih menguntungkan dibandingkan dengan memasarkan oli berkualitas tinggi dengan masa ganti diatas 25.000 Km atau dikenal dengan Extended Drain Oil. Hal ini sudah berlangsung ber puluh-puluh tahun lamanya sehingga terjadilah mitos bahwa oli harus sudah diganti sebelum 5000 Km. Akibatnya keberadaan oli dengan Drain Interval atau masa ganti diatas 25.000 Km sangat sulit dipercaya dan diterima masyarakat. Padahal sejak lebih dari 30 tahun yang lalu sudah ada oli dengan masa ganti lebih dari 40.000 Km. Kinilah saatnya masyarakat pengguna oli mengetahui akan adanya Extended Drain Oil yang justru membuat penghematan hingga 90%. Ada suatu pernyataan menarik yang perlu disimak yang berbunyi demikian:

A Dollar to Get The Best Lubrication, It's going to Save You Five Dollars.

Artinya :

Satu Dollar untuk memperoleh oli terbaik justru menguntungkan anda Lima Dollar.

Mari kita cermati dan pahami bagaimana membedakan oli berkualitas tinggi dibandingkan oli konvensional:

Ada 3 Faktor utama yang perlu kita jadikan pedoman saat kita memilih oli:

1. PERFORMANCE

Performance dari oli berkaitan dengan apa yang kita rasakan saat kita menggunakan oli ini. Misalnya tarikan menjadi ringan, kecepatan meningkat, bunyi mesin halus, hemat BBM, emisi/ gas buang sedikit, temperatur mesin rendah dll. Umumnya oli yang dirancang khusus untuk balap atau dikenal dengan racing oil sangat mengutamakan faktor performance ini. Untuk mengetahui apakah oli yang kita pilih memiliki performance yang tinggi dapat kita peroleh dari data spesifikasi oli. Namun karena pada umumnya kita belum bisa membaca spesifikasi oli, maka kita bisa mengacu pada API Service yang tercantum di kemasan oli. API category dikeluarkan oleh American Petroleum Institute dan akan mencantumkan grade oli dengan tanda API DONUT pada kemasan. Apabila API Service dicantumkan tanpa ada tanda API DONUT, berarti oli tersebut belum pernah dikirim ke American Petroleum Institute ( suatu lembaga independen yang diakui oleh produsen oli di seluruh dunia dalam hal pengujian oli ) untuk diuji. Sebaiknya jangan memilih oli yang tidak memiliki tanda API DONUT karena grade oli tersebut tidak bisa dipertanggung jawabkan kebenarannya. Semakin tinggi grade dari oli, semakin baik pula performa dari oli tersebut. Selanjutnya untuk mendapatkan informasi yang lebih meyakinkan mengenai performa dari oli, saudara bisa melihat daftar ranking oli terbaik dunia melalui internet. Semakin tinggi ranking dari suatu oli, semakin prima pula performa dari oli tersebut.

2. ENDURANCE

Endurance dari oli berkaitan dengan Drain Interval atau Masa Ganti Oli. Mengapa oli harus diganti pada masa tertentu? Hal itu disebabkan oleh karena pada masa itu oli sudah dalam keadaan tidak layak pakai atau sudah tidak mampu lagi berfungsi sebagaimana seharusnya. Namun apabila oli dalam kondisi Normal atau masih berfungsi dengan baik maka oli tersebut tidak perlu diganti. Masa Ganti Oli yang benar adalah masa menjelang oli tersebut menjadi Abnormal atau tidak layak pakai. Salah satu ciri dari oli berkualitas adalah yang tergolong Extended Drain Oil Interval yaitu oli dengan Masa Ganti diatas 25.000 Km. Oli dengan Masa Ganti lebih dari 40.000 Km tergolong oli berkualitas sangat baik sehingga layak menjadi prioritas pilihan. Untuk mengetahui apakah oli masih layak pakai atau tidak, kita bisa melakukan uji laboratorium. Secara manual oli bisa diuji dengan cara dicium apakah ada aroma terbakar ataukah tidak. Apabila tercium aroma terbakar maka oli tersebut sudah rusak atau sudah tidak layak pakai. Cara kedua adalah dengan cara diraba. Apabila terasa ada banyak partikel, maka oli tersebut sudah tidak layak pakai. Perubahan warna bukan merupakan pedoman untuk mengetahui apakah oli tersebut masih layak pakai atau tidak. Oli yang dipergunakan untuk mesin diesel sangat cepat berubah warna menjadi hitam karena sifat dari mesin diesel membuat oli cepat berubah warna menjadi hitam, sedangkan oli yang dipergunakan untuk mesin berbahan bakar bensin lebih lambat berubah warna menjadi hitam. Jadi jangan pernah menganalisa apakah oli masih layak pakai atau tidak berdasarkan perubahan warnanya.

3. PROTECTION

Protection berkaitan dengan kemampuan oli tersebut melindungi mesin dari kerusakan dini. Oli yang memiliki kemampuan proteksi yang baik akan mampu melindungi mesin dari kerusakan dini hingga lebih dari 1.000.000 Km bahkan hingga lebih dari 2.000.000 Km. Kondisi mesin saat itu masih dalam keadaan bersih dan tidak tampak adanya tanda-tanda keausan pada komponen-komponen penting seperti liners, cam followers, camshaft dan connecting rod bearings. Artinya oli yang memiliki kemampuan proteksi yang baik mampu menjaga agar mesin tetap bersih, tidak timbul sludge atau endapan seperti lumpur yang seringkali mengganggu kerja piston rings dan mampu melindungi seluruh komponen diruang mesin dari terjadinya gesekan. Dengan demikian dapat kita simpulkan bahwa oli yang memiliki kemampuan proteksi yang baik, tetap dalam kondisi normal atau masih sangat layak pakai saat drain interval atau masa ganti yang direkomendasi oleh pabrik oli tiba.

Ketiga faktor utama dari pedoman memilih oli ini bisa dibuktikan kebenarannya setelah oli yang saudara pilih anda pergunakan. Ternyata dibandingkan dengan oli konvensional, oli bekualitas tinggi ini mampu menurunkan suhu mesin hingga 400 F. Sedangkan oli konvensional yang selama ini anda pergunakan membuat temperatur mesin menjadi tinggi.

Perbandingan EFEK POSITIF yang ditimbulkan oleh OLI BERKUALITAS TINGGI dan EFEK NEGATIF yang ditimbulkan oleh OLI KONVENSIONAL adalah sebagai berikut:

No

EFEK YANG TERJADI DI MESIN

EFEK NEGATIF
OLI KONVENSIONAL

EFEK POSITIF
OLI BERKUALITAS TINGGI

1.

TEMPERATUR MESIN

TINGGI

RENDAH

2.

PEMUAIAN

MAKSIMAL

MINIMAL

3.

VISKOSITAS

RENDAH

TINGGI

4.

TARIKAN

BERAT

RINGAN

5.

KECEPATAN

TIDAK MAKSIMAL

MAKSIMAL

6.

BAHAN BAKAR MINYAK

BOROS 10% - 30%

HEMAT 10% - 30%

7.

GESEKAN LOGAM

TERJADI GESEKAN

TIDAK TERJADI GESEKAN

8.

KEAUSAN

TERJADI KEAUSAN

TIDAK TERJADI KEAUSAN

9.

ENDAPAN LUMPUR

TERJADI ENDAPAN

TIDAK TERJADI ENDAPAN

10.

OLI & ADDITIVE

CEPAT RUSAK

TIDAK RUSAK

11.

MASA GANTI OLI

PENDEK ( 2000 - 5000 KM )

PANJANG ( 40.000 - 40.000 KM )

12.

TURUN MESIN

100.000 KM - 200.000 KM

2 JUTA KM BELUM TURUN MESIN

Setelah saudara memahami bagaimana memilih oli yang benar-benar sesuai dengan kebutuhan saudara yaitu mampu melindungi dan mampu menjaga performa mesin kendaraan saudara dan ternyata juga lebih ekonomis, kami yakin dan percaya bahwa saudara tidak segan-segan menyampaikan informasi ini kepada saudara, kerabat, teman dan siapa saja orang yang anda kenal agar mereka juga mendapat manfaat dari pengetahuan tentang bagaimana memilih oli yang tepat dan benar. Akhir kata SELAMAT BERGABUNG BERSAMA theGOALteam

theGOALteam


Selasa, Oktober 14, 2008

Badai Krisis Keuangan Amerika

Dikutip dari jawapos

Kalau Langit Masih Kurang Tinggi

Oleh: Dahlan Iskan

Meski saya bukan ekonom, banyak pembaca tetap minta
saya ''menceritakan' ' secara awam mengenai hebatnya krisis keuangan
di AS saat ini. Seperti juga, banyak pembaca tetap bertanya tentang
sakit liver, meski mereka tahu saya bukan dokter. Saya coba:

Semua perusahaan yang sudah go public lebih dituntut untuk terus
berkembang di semua sektor. Terutama labanya. Kalau bisa, laba
sebuah perusahaan publik terus meningkat sampai 20 persen setiap
tahun. Soal caranya bagaimana, itu urusan kiat para CEO dan
direkturnya.

Pemilik perusahaan itu (para pemilik saham) biasanya sudah tidak mau
tahu lagi apa dan bagaimana perusahaan tersebut dijalankan. Yang
mereka mau tahu adalah dua hal yang terpenting saja: harga sahamnya
harus terus naik dan labanya harus terus meningkat.

Perusahaan publik di AS biasanya dimiliki ribuan atau ratusan ribu
orang, sehingga mereka tidak peduli lagi dengan tetek-bengek
perusahaan mereka.

Mengapa mereka menginginkan harga saham harus terus naik? Agar kalau
para pemilik saham itu ingin menjual saham, bisa dapat harga lebih
tinggi dibanding waktu mereka beli dulu: untung.

Mengapa laba juga harus terus naik? Agar, kalau mereka tidak ingin
jual saham, setiap tahun mereka bisa dapat pembagian laba (dividen)
yang kian banyak.

Soal cara bagaimana agar keinginan dua hal itu bisa terlaksana
dengan baik, terserah pada CEO-nya. Mau pakai cara kucing hitam atau
cara kucing putih, terserah saja. Sudah ada hukum yang mengawasi
cara kerja para CEO tersebut: hukum perusahaan, hukum pasar modal,
hukum pajak, hukum perburuhan, dan seterusnya.

Apakah para CEO yang harus selalu memikirkan dua hal itu merasa
tertekan dan stres setiap hari? Bukankah sebuah perusahaan kadang
bisa untung, tapi kadang bisa rugi?

Anehnya, para CEO belum tentu merasa terus-menerus diuber target.
Tanpa disuruh pun para CEO sendiri memang juga menginginkannya.
Mengapa? Pertama, agar dia tidak terancam kehilangan jabatan CEO.
Kedua, agar dia mendapat bonus superbesar yang biasanya dihitung
sekian persen dari laba dan pertumbuhan yang dicapai. Gaji dan bonus
yang diterima para CEO perusahaan besar di AS bisa 100 kali lebih
besar dari gaji Presiden George Bush . Mana bisa dengan gaji sebesar
itu masih stres?

Keinginan pemegang saham dan keinginan para CEO dengan demikian
seperti tumbu ketemu tutup: klop. Maka, semua perusahaan dipaksa
untuk terus-menerus berkembang dan membesar. Kalau tidak ada jalan,
harus dicarikan jalan lain. Kalau jalan lain tidak ditemukan, bikin
jalan baru. Kalau bikin jalan baru ternyata sulit, ambil saja
jalannya orang lain. Kalau tidak boleh diambil? Beli! Kalau tidak
dijual? Beli dengan cara yang licik -dan kasar! Istilah populernya
hostile take over.

Kalau masih tidak bisa juga, masih ada jalan aneh: minta politisi
untuk bikinkan berbagai peraturan yang memungkinkan perusahaan bisa
mendapat jalan.

Kalau perusahaan terus berkembang, semua orang happy. CEO dan para
direkturnya happy karena dapat bonus yang mencapai Rp 500 miliar
setahun. Para pemilik saham juga happy karena kekayaannya terus
naik. Pemerintah happy karena penerimaan pajak yang terus membesar.
Politisi happy karena dapat dukungan atau sumber dana .

Dengan gambaran seperti itulah ekonomi AS berkembang pesat dan
kesejahteraan rakyatnya meningkat. Semua orang lantas mampu membeli
kebutuhan hidupnya. Kulkas, TV, mobil, dan rumah laku dengan
kerasnya. Semakin banyak yang bisa membeli barang, ekonomi semakin
maju lagi.

Karena itu, AS perlu banyak sekali barang. Barang apa saja. Kalau
tidak bisa bikin sendiri, datangkan saja dari Tiongkok atau
Indonesia atau negara lainnya. Itulah yang membuat Tiongkok bisa
menjual barang apa saja ke AS yang bisa membuat Tiongkok punya
cadangan devisa terbesar di dunia: USD 2 triliun!

Sudah lebih dari 60 tahun cara ''membesarkan' ' perusahaan seperti
itu dilakukan di AS dengan suksesnya. Itulah bagian dari ekonomi
kapitalis. AS dengan kemakmuran dan kekuatan ekonominya lalu menjadi
penguasa dunia.

Tapi, itu belum cukup.

Yang makmur harus terus lebih makmur. Punya toilet otomatis dianggap
tidak cukup lagi: harus computerized!

Bonus yang sudah amat besar masih kurang besar. Laba yang terus
meningkat harus terus mengejar langit. Ukuran perusahaan yang sudah
sebesar gajah harus dibikin lebih jumbo. Langit, gajah, jumbo juga
belum cukup.

Ketika semua orang sudah mampu beli rumah, mestinya tidak ada lagi
perusahaan yang jual rumah. Tapi, karena perusahaan harus terus
meningkat, dicarilah jalan agar penjualan rumah tetap bisa dilakukan
dalam jumlah yang kian banyak. Kalau orangnya sudah punya rumah,
harus diciptakan agar kucing atau anjingnya juga punya rumah.
Demikian juga mobilnya.

Tapi, ketika anjingnya pun sudah punya rumah, siapa pula yang akan
beli rumah?

Kalau tidak ada lagi yang beli rumah, bagaimana perusahaan bisa
lebih besar? Bagaimana perusahaan penjamin bisa lebih besar?
Bagaimana perusahaan alat-alat bangunan bisa lebih besar? Bagaimana
bank bisa lebih besar? Bagaimana notaris bisa lebih besar? Bagaimana
perusahaan penjual kloset bisa lebih besar? Padahal, doktrinnya,
semua perusahaan harus semakin besar?

Ada jalan baru. Pemerintah AS-lah yang membuat jalan baru itu. Pada
1980, pemerintah bikin keputusan yang disebut '' Deregulasi Kontrol
Moneter ''. Intinya, dalam hal kredit rumah, perusahaan realestat
diperbolehkan menggunakan variabel bunga. Maksudnya: boleh
mengenakan bunga tambahan dari bunga yang sudah ditetapkan secara
pasti. Peraturan baru itu berlaku dua tahun kemudian.

Inilah peluang besar bagi banyak sektor usaha: realestat, perbankan,
asuransi, broker, underwriter, dan seterusnya. Peluang itulah yang
dimanfaatkan perbankan secara nyata.

Begini ceritanya:

Sejak sebelum 1925, di AS sudah ada UU Mortgage. Yakni, semacam
undang-undang kredit pemilikan rumah (KPR). Semua warga AS, asalkan
memenuhi syarat tertentu, bisa mendapat mortgage (anggap saja
seperti KPR, meski tidak sama).

Misalnya, kalau gaji seseorang sudah Rp 100 juta setahun, boleh
ambil mortgage untuk beli rumah seharga Rp 250 juta. Cicilan
bulanannya ringan karena mortgage itu berjangka 30 tahun dengan
bunga 6 persen setahun.

Negara-negara maju, termasuk Singapura, umumnya punya UU Mortgage.
Yang terbaru adalah UU Mortgage di Dubai. Sejak itu, penjualan
properti di Dubai naik 55 persen. UU Mortgage tersebut sangat ketat
dalam menetapkan syarat orang yang bisa mendapat mortgage.

Dengan keluarnya ''jalan baru'' pada 1980 itu, terbuka peluang untuk
menaikkan bunga. Bisnis yang terkait dengan perumahan kembali hidup.
Bank bisa dapat peluang bunga tambahan. Bank menjadi lebih agresif.
Juga para broker dan bisnis lain yang terkait.

Tapi, karena semua orang sudah punya rumah, tetap saja ada hambatan.
Maka, ada lagi ''jalan baru'' yang dibuat pemerintah enam tahun
kemudian. Yakni, tahun 1986.

Pada 1986 itu, pemerintah menetapkan reformasi pajak. Salah satu
isinya: pembeli rumah diberi keringanan pajak. Keringanan itu juga
berlaku bagi pembelian rumah satu lagi. Artinya, meski sudah punya
rumah, kalau mau beli rumah satu lagi, masih bisa dimasukkan dalam
fasilitas itu.

Di negara-negara maju, sebuah keringanan pajak mendapat sambutan
yang luar biasa. Di sana pajak memang sangat tinggi. Bahkan, seperti
di Swedia atau Denmark , gaji seseorang dipajaki sampai 50 persen.
Imbalannya, semua keperluan hidup seperti sekolah dan pengobatan
gratis. Hari tua juga terjamin.

Dengan adanya fasilitas pajak itu, gairah bisnis rumah meningkat
drastis menjelang 1990. Dan terus melejit selama 12 tahun
berikutnya.
Kredit yang disebut mortgage yang biasanya hanya USD 150 miliar
setahun langsung menjadi dua kali lipat pada tahun berikutnya. Tahun-
tahun berikutnya terus meningkat lagi. Pada 2004 mencapai hampir USD
700 miliar setahun.

Kata ''mortgage'' berasal dari istilah hukum dalam bahasa Prancis.
Artinya: matinya sebuah ikrar. Itu agak berbeda dari kredit rumah.
Dalam mortgage, Anda mendapat kredit. Lalu, Anda memiliki rumah.
Rumah itu Anda serahkan kepada pihak yang memberi kredit. Anda boleh
menempatinya selama cicilan Anda belum lunas.

Karena rumah itu bukan milik Anda, begitu pembayaran mortgage macet,
rumah itu otomatis tidak bisa Anda tempati. Sejak awal ada ikrar
bahwa itu bukan rumah Anda. Atau belum. Maka, ketika Anda tidak
membayar cicilan, ikrar itu dianggap mati. Dengan demikian, Anda
harus langsung pergi dari rumah tersebut.

Lalu, apa hubungannya dengan bangkrutnya investment banking seperti
Lehman Brothers?

Gairah bisnis rumah yang luar biasa pada 1990-2004 itu bukan hanya
karena fasilitas pajak tersebut. Fasilitas itu telah dilihat oleh
''para pelaku bisnis keuangan'' sebagai peluang untuk membesarkan
perusahaan dan meningkatkan laba.

Warga terus dirangsang dengan berbagai iklan dan berbagai fasilitas
mortgage. Jor-joran memberi kredit bertemu dengan jor-joran membeli
rumah. Harga rumah dan tanah naik terus melebihi bunga bank.

Akibatnya, yang pintar bukan hanya orang-orang bank, tapi juga para
pemilik rumah. Yang rumahnya sudah lunas, di-mortgage- kan lagi
untuk membeli rumah berikutnya. Yang belum memenuhi syarat beli
rumah pun bisa mendapatkan kredit dengan harapan toh harga rumahnya
terus naik.
Kalau toh suatu saat ada yang tidak bisa bayar , bank masih untung.
Jadi, tidak ada kata takut dalam memberi kredit rumah.

Tapi, bank tentu punya batasan yang ketat sebagaimana diatur dalam
undang-undang perbankan yang keras.

Sekali lagi, bagi orang bisnis, selalu ada jalan.

Jalan baru itu adalah ini: bank bisa bekerja sama dengan ''bank
jenis lain'' yang disebut investment banking.

Apakah investment banking itu bank?

Bukan. Ia perusahaan keuangan yang ''hanya mirip'' bank. Ia lebih
bebas daripada bank. Ia tidak terikat peraturan bank. Bisa berbuat
banyak hal: menerima macam-macam ''deposito'' dari para pemilik
uang, meminjamkan uang, meminjam uang, membeli perusahaan, membeli
saham, menjadi penjamin, membeli rumah, menjual rumah, private
placeman, dan apa pun yang orang bisa lakukan. Bahkan, bisa
melakukan apa yang orang tidak pernah memikirkan! Lehman Brothers,
Bear Stern, dan banyak lagi adalah jenis investment banking itu.

Dengan kebebasannya tersebut, ia bisa lebih agresif. Bisa memberi
pinjaman tanpa ketentuan pembatasan apa pun. Bisa membeli perusahaan
dan menjualnya kapan saja. Kalau uangnya tidak cukup, ia bisa pinjam
kepada siapa saja: kepada bank lain atau kepada sesama investment
banking. Atau, juga kepada orang-orang kaya yang punya banyak uang
dengan istilah ''personal banking''.

Saya sering kedatangan orang dari investment banking seperti itu
yang menawarkan banyak fasilitas. Kalau saya mau menempatkan dana di
sana , saya dapat bunga lebih baik dengan hitungan yang rumit.
Biasanya saya tidak sanggup mengikuti hitung-hitungan yang canggih
itu.

Saya orang yang berpikiran sederhana. Biasanya tamu-tamu seperti itu
saya serahkan ke Dirut Jawa Pos Wenny Ratna Dewi. Yang kalau
menghitung angka lebih cepat dari kalkulator. Kini saya tahu, pada
dasarnya dia tidak menawarkan fasilitas, tapi cari pinjaman untuk
memutar cash-flow.

Begitu agresifnya para investment banking itu, sehingga kalau dulu
hanya orang yang memenuhi syarat (prime) yang bisa dapat mortgage,
yang kurang memenuhi syarat pun (sub-prime) dirangsang untuk minta
mortgage.

Di AS, setiap orang punya rating. Tinggi rendahnya rating ditentukan
oleh besar kecilnya penghasilan dan boros-tidaknya gaya hidup
seseorang. Orang yang disebut prime adalah yang ratingnya 600 ke
atas. Setiap tahun orang bisa memperkirakan sendiri, ratingnya naik
atau
turun.

Kalau sudah mencapai 600, dia sudah boleh bercita-cita punya rumah
lewat mortgage. Kalau belum 600, dia harus berusaha mencapai 600.
Bisa dengan terus bekerja keras agar gajinya naik atau terus
melakukan penghematan pengeluaran.

Tapi, karena perusahaan harus semakin besar dan laba harus kian
tinggi, pasar pun digelembungkan. Orang yang ratingnya baru 500
sudah ditawari mortgage. Toh kalau gagal bayar , rumah itu bisa
disita. Setelah disita, bisa dijual dengan harga yang lebih tinggi
dari nilai pinjaman. Tidak pernah dipikirkan jangka panjangnya.

Jangka panjang itu ternyata tidak terlalu panjang. Dalam waktu
kurang dari 10 tahun, kegagalan bayar mortgage langsung melejit.
Rumah yang disita sangat banyak. Rumah yang dijual kian bertambah.
Kian banyak orang yang jual rumah, kian turun harganya. Kian turun
harga, berarti nilai jaminan rumah itu kian tidak cocok dengan nilai
pinjaman. Itu berarti kian banyak yang gagal bayar .

Bank atau investment banking yang memberi pinjaman telah pula
menjaminkan rumah-rumah itu kepada bank atau investment banking yang
lain. Yang lain itu menjaminkan ke yang lain lagi. Yang lain lagi
itu menjaminkan ke yang beriktunya lagi. Satu ambruk, membuat yang
lain ambruk. Seperti kartu domino yang didirikan berjajar. Satu
roboh menimpa kartu lain. Roboh semua.

Berapa ratus ribu atau juta rumah yang termasuk dalam mortgage itu?
Belum ada data. Yang ada baru nilai uangnya. Kira-kira mencapai 5
triliun dolar. Jadi, kalau Presiden Bush merencanakan menyuntik dana
APBN USD 700 miliar, memang perlu dipertanyakan: kalau ternyata dana
itu tidak menyelesaikan masalah, apa harus menambah USD 700 miliar

lagi? Lalu, USD 700 miliar lagi?

Itulah yang ditanyakan anggota DPR AS sekarang, sehingga belum mau
menyetujui rencana pemerintah tersebut. Padahal, jumlah suntikan
sebanyak USD 700 miliar itu sudah sama dengan pendapatan seluruh
bangsa dan negara Indonesia dijadikan satu.

Jadi, kita masih harus menunggu apa yang akan dilakukan pemerintah
dan rakyat AS. Kita juga masih menunggu data berapa banyak
perusahaan dan orang Indonesia yang ''menabung'' - kan uangnya di
lembaga-lembaga investment banking yang kini lagi pada kesulitan
itu.

Sebesar tabungan itulah Indonesia akan terseret ke dalamnya. Rasanya
tidak banyak, sehingga pengaruhnya tidak akan sebesar pengaruhnya
pada Singapura, Hongkong, atau Tiongkok.

Singapura dan Hongkong terpengaruh besar karena dua negara itu
menjadi salah satu pusat beroperasinya raksasa-raksasa keuangan
dunia.
Sedangkan Tiongkok akan terpengaruh karena daya beli rakyat AS akan
sangat menurun, yang berarti banyak barang buatan Tiongkok yang
tidak bisa dikirim secara besar-besaran ke sana . Kita, setidaknya,
masih bisa menanam jagung.(*)

Senin, April 14, 2008

Cara cerdas Menuju Kebebasan Financial

Kalau mendengar kata "Kaya" banyak orang memberikan pernyataan yang berbeda, tergantung kepada dari sisi mana kita melihat atau dari sudut pandang mana kita membicarakannya.

Dengan kekayaan ada sebagian orang yang berpendapat bahwa kaya akan membuat orang bisa jahat, bisa sombong , dan kata lainnya yang bersifat negatif.
Namun ada sebagian orang berkata bahwa dengan menjadi kaya kita akan dapat memperoleh segalanya, kita akan bisa dan memiliki kemampuan daya beli yang tinggi, apapun yang kita inginkan akan dapat terpenuhi, dan kata lain yang bersifat positif.
Bahwa kekayaan sebenarnya adalah untuk semua orang, kita semuanya berhak dan dapat mendapatkan kekayaan, alam dan segala isinya memang diciptakan untuk kemakmuran manusia, tergantung bagaimana kita dapat mengelola dan mewujudkan. (bersambung....)

Minggu, Februari 24, 2008

Susu Formula dan Makanan Bayi tersusupi BAKTERI Berbahaya

Tahukah anda bahwa saat ini beberapa merek susu formula dan makanan bayi yang beredar di pasaran telah tersusupi (tercemar) bakteri yang berbahaya ? Nama bakteri tersebut adalah enterobacter saka-zakii, bakteri ini sangat berbahaya bagi kelangsungan hidup bayi peminum susu yang tercemar bakteri ini. Sebab, bakteri ini bisa menyebabkan lumpuh dan menyebabkan gangguan mental.
Institut Pertanian Bogor (IPB) sebenarnya telah mengadukan temuan ini ke BPOM pada tahun 2006, namun sayang, temuan yang berharga ini mentok dan berhenti di laci BPOM. Dengan berkilah dan beralasan bahwa BPOM belum memiliki payung hukum untuk menegur para produsen.
Saat ini Pemerintah mulai serius menindaklanjuti temuan IPB ini dengan membentuk tim gabungan untuk meneliti peredaran susu formula dan makanan bayi yang sudah tersusupi bakteri berbahaya.
Tim gabungan ini terdiri dari Departemen Kesehatan, Departemen Pertanian, Badan Pengawas Obat dan Makanan dan tim peneliti dari IPB. Keputusan itu diambil setelah BPOM bertemu dengan tim IPB pada hari Jum'at 22 Pebruari 2008 yang lalu.
"Masing-masing instansi yang tergabung dalam tim ini akan bekerja sesuai kapasitasnya" kata Sri Estuningsih, Ketua Tim Peneliti IPB.
Departemen Pertanian misalnya akan meneliti bahan dasar susu dan makanan bayi. Departemen Kesehatan bertugas mengupas proses pembuatan. BPOM yang mendekati para produsen. Setelah selesai, tim gabungan ini akan mengusulkan langkah kongkret untuk menuntaskan tercemarnya susu formula dan makanan bayi ini.
Nah ironisnya, peneliti IPB ini masih merahasiakan nama produk susu formula dan makanan bayi yang beracun sampai saat ini. Alasan mereka adalah jika menyebutkan nama produk tersebut mereka akan membuka aib produsen dan bakal melanggar etika peneliti. Sikap yang tetap merahasiakan identitas merek susu, serta sikap Pemerintah yang lamban, jelas membingungkan para orang tua yang memiliki bayi. Jika tidak membeli susu, bayi mereka akan sengsara, terlebih yang ibunya tidak bisa memberikan ASI.
Nah..... masalahnya adalah merek susu apa yang aman dan terbebas dari bakteri ini yang dapat diberikan untuk konsumsi bayi mereka ?
Semoga Tim gabungan dan Pemerintah cepat untuk menindaklanjuti temuan ini, agar generasi penerus bangsa Indonesia menjadi sehat dan cerdas.

Baca juga di harian Kontan tgl 23 Februari 2008 hal 1.

Senin, Februari 11, 2008

Pendidikan Makin Tinggi, makin gampang menganggur

Diambil dari harian kompas Sabtu 9 Pebruari 2008 hal 14

Fenomena ironis yang muncul di dunia pendidikan adalah semakin tinggi pendidikan seseorang, probabilitas atau kemungkinan dia menjadi penganggur pun akan semakin tinggi. Fenomena ini perlu mendapat perhatian serius dari dunia pendidikan dan industri.
Hal ini dikatakan pengamat pendidikan Darmaningtyas. Menurut dia, hal itu melahirkan paradoks: dunia usaha mengeluhkan sulit mendapat tenaga kerja, di sisi lain lulusan sekolah dan perguruan tinggi kesulitan mendapatkan pekerjaan.
"Terlebih ada kecenderungan, seakin tinggi tingkat pendidikan semakin besar keinginan mendapat pekerjaan yang aman. Mereka tak berani ambil pekerjaan beresiko seperti wiraswasta, trainer, atau penulis. Mereka memilih menganggur," ujarnya.
Terbatasnya daya serap tenaga kerja sektor formal di satu pihak, dan di pihak lain terjadi percepatan pertambahan tenaga terdidik, juga menyebabkan posisi tawar sarjana di Indonesia amat rendah. Posisi para pencari kerja lulusan perguruan tinggi berada pada posisi dilematis; diterima dengan gaji rendah atau menolak pekerjaan dengan resiko menganggur. Mereka yang realistis memilih bekerja dengan gaji rendah dariada idealis namun menganggur selamanya.
Darmaningtyas melakukan studi kasus pada iklan lowongan kerja di harian Kompas Minggu 6 Januari 2008, ada 405 lowongan pekerjaan, 4,19 % mensyaratkan indeks prestasi minimum, lainnya menekankan pada kemampuan kerja individu dan team, kemampuan berbahasa asing, terutama Inggris, kemampuan mengoperasikan program komputer, kemampuan berkomnikasi, dan pengalaman kerja.
"Itu justru tak diperoleh secara formal di bangku sekolah, sebaliknya didapat dari inisiatif dan kreativitas individu. Individu kreatif cenderung memiliki tingkat keberhasilan tinggi," ujarnya.
Lembaga pendidikan cenderung mengajarkan hafalan, kurang melihat konteks. Hal-ha seperti membangun jaringan, kreativitas, dan komunikasi kurang didapat dari sekolah.
Pengamat pendidikan Prof Winarno Surachmad menambahkan, jurang antara lulusan perguruan tinggi dan dunia kerja adalah isu lama. Dia melihat hal itu lebih disebabkan tak adanya link and match dunia pendidikan dan usaha. Pemberi pekerjaan (industri) pun tak terlalu hirau pada peningkatan sumber daya manusia bangsa secara umum.

baca juga di www.purdiechandra.net ulasan dari om Bob Sadino yang mengatakan "kalau mau kaya jangan pintar-pintar".